Perayaan Paskah 2025 membawa pesan mendalam tentang pemulihan luka sejarah, khususnya trauma akibat kolonialisme dan bentuk-bentuk neokolonialisme yang masih dirasakan hingga kini. Dalam refleksi yang disampaikan oleh Krueger Kristanto Tumiwa, dosen Fakultas Teologi IAKN Manado, tokoh Tomas dalam Injil Yohanes 20:26 menjadi simbol penyintas trauma yang mencari pemulihan melalui kehadiran Kristus.
Tomas: Simbol Penyintas Trauma Kolonial
Tomas, seringkali dianggap sebagai murid yang ragu, sebenarnya mencerminkan pengalaman kolektif bangsa yang telah lama hidup dalam penindasan. Keraguannya bukan sekadar ketidakpercayaan, melainkan hasil dari luka mendalam akibat penjajahan yang berlangsung selama ratusan tahun. Ia mewakili mereka yang telah dikecewakan oleh banyak “pembebas” palsu dan kini mencari bukti nyata akan harapan baru.
Yesus: Kehadiran yang Memulihkan
Dalam perjumpaannya dengan Tomas, Yesus tidak menghakimi, melainkan mengundang Tomas untuk menyentuh luka-Nya. Tindakan ini menunjukkan bahwa pemulihan dimulai dari pengakuan atas luka dan penderitaan. Yesus hadir sebagai sumber damai sejahtera yang memampukan penyintas untuk bangkit dan melanjutkan hidup dengan harapan baru.
Also Read
Gereja: Agen Pemulihan dalam Konteks Neokolonialisme
Gereja di Indonesia diundang untuk menjadi agen pemulihan bagi mereka yang masih mengalami dampak dari praktik neokolonialisme, seperti ketidakadilan ekonomi, diskriminasi, dan marginalisasi. Dengan meneladani sikap Yesus, gereja diharapkan hadir di tengah masyarakat sebagai pembawa damai sejahtera yang nyata dan relevan.
Tema Paskah 2025: Damai Sejahtera Kristus di Tengah Keluarga
Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menetapkan tema Paskah 2025 sebagai “Damai Sejahtera Kristus di Tengah Keluarga”, yang diambil dari Yohanes 20:26. Tema ini menekankan pentingnya kehadiran Kristus dalam keluarga sebagai dasar bagi pemulihan dan transformasi sosial yang lebih luas.