Kepulauan Maluku Utara, yang merupakan bagian dari kawasan Wallacea, memiliki keunikan dan keragaman anggrek, termasuk jenis-jenis anggrek tanah dan anggrek epifit yang belum banyak diteliti dan dimuliakan. Pulau-pulau seperti Halmahera, Ternate, Bacan, Kepulauan Sula hingga Taliabu adalah beberapa di antara yang memiliki keragaman jenis anggrek.
Di Halmahera, jenis anggrek tanah dari genus Spathoglottis banyak dijumpai, seperti di sepanjang perjalanan dari Subaim sampai Bicoli di Halmahera Timur. Saat mekar, bunganya yang berwarna ungu menghadirkan pemandangan menawan. Namun, keberadaan anggrek ini belum menjadi perhatian masyarakat setempat. Masyarakat lokal sering menganggapnya sebagai rumput pengganggu dan membersihkannya dari bawah pohon kelapa, pala, atau cengkih.
Penelitian tentang jenis anggrek tanah ini pun masih minim. Menurut Naser Tamalene, peneliti dan pengajar di Jurusan Biologi Universitas Khairun Ternate, identifikasi spesies anggrek tanah di Halmahera belum selesai dilakukan. Sejauh ini, telah ditemukan kurang lebih tiga jenis anggrek tanah di Halmahera, namun jumlah pasti spesiesnya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Also Read
Selain di Halmahera, berbagai jenis anggrek juga ditemukan di pulau-pulau lain di Maluku Utara. Penelitian di Cagar Alam Gunung Sibela, Pulau Bacan, Halmahera Selatan, mengidentifikasi setidaknya 30 jenis anggrek yang tergolong dalam 14 marga, seperti Aerides, Bulbophyllum, Dendrobium, dan lainnya. Habitat hidup anggrek-anggrek epifit ini berada di ketinggian 0 hingga 600 meter di atas permukaan laut, tersebar di ekosistem hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah.
Di Kepulauan Sula, studi keragaman anggrek epifit menemukan enam spesies anggrek epifit, antara lain Cymbidium finlaysonianum, Grammatophyllum scriptum, Trichoglottis latisepala, Brachypeza sp., Pomatocalpa spicata, dan Aerides sp. Jenis C. finlaysonianum mendominasi kawasan hutan dengan persentase mencapai 77,29%.
Ancaman terhadap keberadaan anggrek di Maluku Utara antara lain konversi hutan menjadi area perkebunan seperti kelapa, pala, kakao, dan cengkih, serta aktivitas pertambangan. Selain itu, aktivitas geologis seperti letusan vulkanik juga dapat mengancam habitat alami anggrek. Oleh karena itu, penelitian dan pemuliaan anggrek, serta upaya mempertahankan habitat alaminya, menjadi kunci penting untuk menjaga kelestarian berbagai jenis anggrek di wilayah ini.
Salah satu spesies anggrek yang menarik perhatian adalah Bulbophyllum halmaherae, spesies baru asal Halmahera yang baru dipublikasikan pada Januari 2025. Penemuan ini menambah daftar panjang keanekaragaman anggrek di Maluku Utara yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
Selain itu, Dendrobium stratiotes merupakan anggrek khas Maluku yang banyak digunakan sebagai tetua dalam persilangan untuk menghasilkan varietas hibrida dengan karakter morfologi bunga yang beragam. Penelitian mengenai karakter morfologi bunga anggrek ini penting untuk pengembangan varietas unggul di masa mendatang.
Upaya konservasi dan penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk mengidentifikasi, melestarikan, dan memanfaatkan potensi anggrek di Maluku Utara. Dengan demikian, kekayaan hayati ini dapat terus dinikmati dan dimanfaatkan oleh generasi mendatang.