Gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo mengguncang Myanmar pada Jumat, 28 Maret 2025, menyebabkan kerusakan luas dan korban jiwa yang signifikan. Laporan awal menyebutkan 144 orang tewas dan 732 lainnya terluka. Namun, angka tersebut meningkat drastis; hingga Sabtu, 29 Maret 2025, jumlah korban tewas mencapai 1.002 orang, dengan 2.376 orang terluka dan 30 lainnya masih hilang.
Episentrum gempa terletak di dekat Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar, yang mengalami kerusakan parah pada infrastruktur, termasuk bangunan, jembatan, dan jalan. Guncangan juga dirasakan di negara tetangga, Thailand, di mana sebuah gedung pencakar langit setinggi 33 lantai yang sedang dibangun di Bangkok runtuh, menewaskan sedikitnya 9 orang dan menyebabkan lebih dari 100 orang hilang.
Menanggapi bencana ini, pemimpin junta militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, mengeluarkan permohonan langka untuk bantuan internasional, mengakui bahwa upaya pencarian dan penyelamatan memerlukan dukungan dari komunitas global. Negara-negara seperti China, Rusia, dan Amerika Serikat telah menawarkan bantuan, dengan tim penyelamat dari China tiba di Myanmar pada Sabtu pagi.
Gempa ini memperparah situasi kemanusiaan di Myanmar, yang sebelumnya telah menghadapi tantangan akibat konflik internal dan krisis politik. Organisasi internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Palang Merah, telah mengaktifkan tim tanggap darurat untuk membantu upaya penyelamatan dan pemulihan di wilayah terdampak.
Also Read
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menyatakan kesiapan untuk memberikan dukungan dalam pemulihan daerah terdampak gempa di Myanmar dan Thailand, serta memastikan keselamatan warga negara Indonesia yang berada di wilayah tersebut.