Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang wafat pada 21 April 2025, meninggalkan warisan spiritual yang mendalam melalui seruannya tentang tobat ekologis. Konsep ini diperkenalkannya dalam ensiklik Laudato Si’ pada 2015, yang menekankan pentingnya perubahan mendasar dalam hubungan manusia dengan alam sebagai ciptaan Tuhan.
Tobat ekologis bukan sekadar ajakan untuk mengurangi polusi atau emisi karbon. Ini adalah panggilan untuk mengubah cara pandang dan perilaku manusia terhadap lingkungan. Paus Fransiskus menekankan bahwa krisis lingkungan merupakan cerminan dari krisis moral dan spiritual umat manusia. Oleh karena itu, pertobatan ekologis melibatkan perubahan hati dan tindakan nyata dalam menjaga dan merawat bumi sebagai rumah bersama .
Selama kepemimpinannya, Paus Fransiskus dikenal sebagai pembela kaum miskin dan lingkungan. Dalam Laudato Si’, ia mengajak seluruh umat manusia, tanpa memandang agama atau latar belakang, untuk bersama-sama menghadapi tantangan perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Ia menekankan bahwa tanggung jawab terhadap bumi adalah tanggung jawab kolektif yang memerlukan solidaritas global .
Di Indonesia, seruan Paus Fransiskus tentang tobat ekologis mendapat perhatian luas. Misalnya, dalam debat calon wakil presiden pada Januari 2024, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengutip ensiklik Laudato Si’ dan menekankan pentingnya etika lingkungan dalam pembangunan nasional . Hal ini menunjukkan bahwa pesan Paus Fransiskus memiliki dampak lintas agama dan budaya, mendorong refleksi dan aksi nyata dalam menjaga lingkungan.
Also Read
Tobat ekologis yang diserukan oleh Paus Fransiskus adalah ajakan untuk introspeksi dan perubahan dalam hubungan manusia dengan alam. Ini adalah warisan spiritual yang mengajak umat manusia untuk hidup selaras dengan ciptaan, menjaga bumi, dan mewariskan lingkungan yang sehat bagi generasi mendatang.