eFishery, startup akuakultur asal Indonesia yang pernah meraih status unicorn dengan valuasi lebih dari US$1 miliar, kini menjadi sorotan akibat skandal keuangan besar yang mengakibatkan keruntuhan perusahaan dan dampak luas bagi ekosistem startup di Asia Tenggara.
Dari Kesuksesan ke Skandal
Didirikan pada tahun 2013 oleh Gibran Huzaifah, eFishery dikenal sebagai pionir dalam teknologi pemberian pakan ikan otomatis berbasis Internet of Things (IoT). Perusahaan ini menarik perhatian investor besar seperti SoftBank, Temasek, dan Sequoia Capital, serta berhasil mengumpulkan dana lebih dari US$300 juta.
Namun, pada akhir 2024, audit internal mengungkap bahwa eFishery telah melebih-lebihkan pendapatan hingga US$600 juta, dengan lebih dari 75% dari pendapatan yang dilaporkan tidak pernah ada. Perusahaan juga mengklaim memiliki 400.000 perangkat eFeeder di lapangan, padahal jumlah sebenarnya hanya sekitar 24.000 unit. Laporan keuangan eksternal menunjukkan keuntungan sebesar US$16 juta, sementara kenyataannya perusahaan mengalami kerugian sebesar US$35,4 juta.
Dampak Langsung: PHK Massal dan Penutupan Operasional
Akibat skandal tersebut, eFishery menghentikan operasionalnya sejak Desember 2024 dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 90% dari 1.500 karyawannya. Gelombang PHK ini berlangsung secara bertahap sejak akhir Januari 2025.
Also Read
Manajemen baru yang ditunjuk, FTI Consulting, bertugas untuk menilai posisi keuangan perusahaan dan proyeksi arus kas. Perusahaan juga melaporkan dua petinggi, termasuk CEO Gibran Huzaifah dan Chief Product Officer Chrisna Aditya, kepada pihak berwenang atas dugaan kecurangan.
Dampak terhadap Ekosistem Startup
Kasus eFishery memberikan dampak signifikan terhadap kepercayaan investor dalam ekosistem startup Indonesia dan Asia Tenggara. Skandal ini menyoroti pentingnya tata kelola perusahaan yang baik, transparansi, dan akuntabilitas dalam pertumbuhan startup.
Pelajaran yang Dapat Diambil
- Transparansi Keuangan: Startup harus memastikan laporan keuangan yang akurat dan dapat dipercaya untuk menjaga kepercayaan investor dan pemangku kepentingan lainnya.
- Tata Kelola yang Baik: Penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik sangat penting untuk mencegah penyalahgunaan wewenang dan kecurangan.
- Due Diligence oleh Investor: Investor perlu melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap perusahaan sebelum melakukan investasi untuk mengidentifikasi potensi risiko.
Kasus eFishery menjadi pengingat bahwa pertumbuhan cepat dan valuasi tinggi tidak boleh mengesampingkan integritas dan tata kelola yang baik. Ekosistem startup perlu belajar dari kejadian ini untuk membangun fondasi yang lebih kuat dan berkelanjutan di masa depan.