Pada 31 Januari 2025, militer Israel secara resmi menarik pasukannya dari Perlintasan Rafah, yang merupakan titik perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir. Kendali perlintasan ini kini diserahkan kepada pasukan Uni Eropa, sesuai dengan ketentuan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Perlintasan Rafah adalah satu-satunya akses keluar masuk Jalur Gaza yang tidak melalui wilayah Israel, sehingga memiliki peran vital bagi pergerakan orang dan barang. Sebelumnya, perlintasan ini sering menjadi titik ketegangan dan penutupan, terutama selama periode konflik.
Penyerahan kendali kepada pasukan Uni Eropa diharapkan dapat meningkatkan stabilitas dan keamanan di perlintasan tersebut, serta memastikan aliran bantuan kemanusiaan dan pergerakan warga sipil yang lebih lancar. Langkah ini juga mencerminkan upaya internasional untuk menyeimbangkan kebutuhan keamanan dengan hak asasi manusia di wilayah yang sering dilanda konflik.
Also Read
Namun, situasi di sekitar perlintasan Rafah tetap kompleks. Pada hari yang sama, perlintasan tersebut dibuka kembali untuk evakuasi medis, menandai pertama kalinya sejak Mei tahun sebelumnya. Pembukaan ini memungkinkan pasien yang membutuhkan perawatan mendesak untuk mendapatkan akses ke fasilitas medis di luar Gaza.
Selain itu, ribuan warga Mesir dilaporkan berkumpul di perbatasan Rafah, menentang seruan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyerukan perpindahan warga Gaza akibat agresi militer Israel. Demonstrasi ini mencerminkan ketegangan regional yang masih tinggi terkait situasi di Gaza dan perlintasan Rafah.
Perkembangan ini menunjukkan dinamika politik dan keamanan yang terus berubah di wilayah tersebut. Masyarakat internasional berharap bahwa penyerahan kendali perlintasan kepada pasukan Uni Eropa dapat menjadi langkah positif menuju perdamaian dan stabilitas yang lebih besar di kawasan tersebut.