Ribuan buruh dari PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) direncanakan akan menggelar aksi besar-besaran di Jakarta pada 14-15 Januari. Massa buruh yang diperkirakan mencapai 10.000 orang ini akan turun ke jalan untuk menyuarakan sejumlah tuntutan terkait hak-hak mereka sebagai pekerja.
Aksi ini merupakan respons atas berbagai isu yang selama ini dirasakan oleh para pekerja, termasuk masalah upah, status kerja, dan perlindungan hak-hak buruh. Menurut informasi yang beredar, aksi tersebut akan difokuskan di depan kantor pemerintah, termasuk Kementerian Tenaga Kerja dan Istana Negara, sebagai bentuk tekanan terhadap pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab.
Latar Belakang Aksi
Sritex, salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, belakangan ini dikabarkan menghadapi sejumlah tantangan finansial yang berdampak pada kondisi kerja buruh. Beberapa isu yang menjadi sorotan utama adalah:
Also Read
- Pemotongan Upah: Para buruh mengeluhkan adanya pemotongan upah yang dianggap tidak transparan.
- PHK Massal: Isu pemutusan hubungan kerja secara massal tanpa kompensasi yang sesuai.
- Status Karyawan Outsourcing: Banyak pekerja yang menginginkan perubahan status kerja dari outsourcing menjadi karyawan tetap.
- Perlindungan Hak Buruh: Tuntutan agar perusahaan mematuhi aturan ketenagakerjaan yang berlaku, termasuk pembayaran tunjangan dan asuransi kesehatan.
Rangkaian Kegiatan Aksi
Aksi ini dijadwalkan berlangsung selama dua hari dengan agenda yang telah dirancang secara sistematis. Pada hari pertama, para buruh akan mengadakan long march dari titik kumpul menuju Kementerian Tenaga Kerja. Hari kedua akan diisi dengan aksi di depan Istana Negara.
Selain itu, aksi ini juga akan diwarnai dengan orasi dari para perwakilan buruh dan tokoh serikat pekerja. Mereka akan menyampaikan aspirasi serta mengajukan petisi yang berisi poin-poin tuntutan kepada pemerintah.
Tanggapan Pemerintah dan Perusahaan
Hingga saat ini, baik pemerintah maupun manajemen Sritex belum memberikan tanggapan resmi terkait aksi yang direncanakan. Namun, para buruh berharap aksi ini dapat menjadi momentum untuk mendorong perubahan yang lebih baik.
Pihak serikat pekerja mengungkapkan bahwa aksi ini tidak dimaksudkan untuk menciptakan konflik, melainkan sebagai upaya untuk mencari solusi atas permasalahan yang selama ini dihadapi. Mereka juga menekankan pentingnya dialog yang konstruktif antara buruh, perusahaan, dan pemerintah.