Pada akhir Februari 2025, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia mencatat defisit sebesar Rp31,2 triliun, setara dengan 0,13% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit ini terjadi setelah pendapatan negara mencapai Rp316,9 triliun, sementara belanja negara mencapai Rp348,1 triliun.
Pendapatan negara mengalami penurunan 20,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai Rp400,4 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya penerimaan perpajakan sebesar 30,2%, mencapai Rp187,8 triliun. Faktor penyebab penurunan penerimaan pajak antara lain moderasi harga komoditas utama seperti batu bara, nikel, dan minyak mentah, serta perubahan administratif dalam metode pengumpulan pajak penghasilan pribadi dan pajak pertambahan nilai.
Meskipun terjadi penurunan penerimaan, pemerintah tetap mempertahankan proyeksi defisit anggaran untuk tahun 2025 pada angka 2,53% dari PDB, atau sekitar Rp616,2 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa defisit saat ini masih sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam desain APBN 2025.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah berencana untuk terus mendanai program dan proyek prioritas, termasuk renovasi sekolah, proyek energi, dan dana abadi baru. Selain itu, pemerintah akan memberikan suntikan modal ke perusahaan logistik Bulog dan tiga perusahaan negara baru di sektor pertanian.
Also Read