residen Prabowo Subianto baru-baru ini menyatakan bahwa ada pihak-pihak yang berupaya memisahkan dirinya dengan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi). Pernyataan ini memicu beragam tanggapan dari berbagai partai politik, termasuk PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Sikap PDIP
Ketua DPP PDIP, Deddy Sitorus, menegaskan bahwa secara alami, peran presiden dan mantan presiden memang seharusnya terpisah. Ia menyatakan, “Ya kan pisah dong, orangnya memang sudah berbeda, masa digabung-gabungin, apa kata orang?” Deddy menambahkan bahwa setiap pemimpin memiliki tantangan dan keputusan masing-masing, sehingga hubungan baik tidak harus selalu ditunjukkan dengan kedekatan fisik atau keputusan yang seragam.
Also Read
Pandangan PSI
Sebaliknya, PSI menilai bahwa upaya untuk memisahkan Prabowo dan Jokowi justru akan memperkuat hubungan keduanya. Juru Bicara PSI, Ariyo Bimmo, menyatakan bahwa semakin ada pihak yang mencoba mengadu domba, maka Prabowo dan Jokowi akan semakin solid. PSI meyakini bahwa kedua tokoh ini memiliki visi yang sejalan untuk kemajuan Indonesia, sehingga upaya pemisahan tersebut akan sia-sia.
Pernyataan dari kedua partai ini menunjukkan perbedaan pandangan dalam menanggapi isu hubungan antara Presiden Prabowo dan mantan Presiden Jokowi. Sementara PDIP menekankan pentingnya pemisahan peran antara presiden dan mantan presiden, PSI menyoroti kekuatan hubungan keduanya meskipun ada upaya untuk memisahkan mereka.