Pemimpin junta militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, melakukan penampilan publik yang jarang terjadi setelah gempa dahsyat mengguncang negara tersebut pada Jumat, 28 Maret 2025. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Min Aung Hlaing mengonfirmasi bahwa jumlah korban tewas telah mencapai 1.000 orang, dengan ribuan lainnya terluka. Ia juga mengakui bahwa kerusakan infrastruktur sangat parah, termasuk rumah sakit, masjid, hotel, dan rumah tinggal. Min Aung Hlaing memohon bantuan internasional untuk menangani krisis kemanusiaan yang semakin memburuk akibat bencana alam ini.
Pernyataan ini menandai langkah langka dari pemimpin junta yang biasanya jarang tampil di hadapan publik. Permintaan bantuan internasional juga menunjukkan keseriusan situasi yang dihadapi Myanmar pascagempa. Selain itu, Min Aung Hlaing juga merencanakan perjalanan ke Thailand pada 3-4 April 2025 untuk menghadiri KTT pemimpin BIMSTEC, yang akan menjadi kunjungan luar negeri langka sejak kudeta militer pada 2021.
Sementara itu, berbagai organisasi bantuan internasional telah dikerahkan untuk membantu upaya penyelamatan di Myanmar. Negara-negara seperti China, Rusia, India, Malaysia, dan Singapura telah mengirimkan bantuan dan personel. Amerika Serikat dan Korea Selatan juga berjanji memberikan bantuan kemanusiaan. Namun, situasi tetap kritis dengan banyaknya korban dan kerusakan yang meluas.
Also Read