Menjelang perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, muncul sebuah film animasi berjudul Merah Putih: One for All. Dirilis secara resmi pada tanggal 14 Agustus, animasi ini langsung menjadi perbincangan hangat — meski bukan karena pujian, melainkan karena kritik yang tajam dari warganet.
Sinopsis & Tim Kreator
Diproduksi oleh studio Perfiki Kreasindo, film ini menghadirkan kisah sekelompok anak yang tergabung dalam “Tim Merah Putih” dengan tugas mulia: menjaga kelangsungan bendera pusaka yang hilang menjelang upacara peringatan kemerdekaan. Mereka menghadapi petualangan menegangkan — melewati hutan, menyeberang sungai, bahkan menghadapi badai — demi memastikan bendera tetap berkibar pada hari bersejarah itu.
Reaksi Netizen: Kritik dan Cemoohan
Trailer film ini menuai kritik keras dari publik yang menyoroti kualitas visual dan pendekatan tematisnya:
Also Read
- Banyak warganet menyayangkan desain visual yang dianggap kurang profesional. Seorang pengguna Reddit berkomentar: “In Merah Putih One for All (2025) each main character has its own distinct art style, even down to distinct level of detail. This is in reference to Indonesia’s motto ‘bhinneka tunggal ika’…”
- Media turut menyuarakan keprihatinan. Dikutip dari Detik, film animasi ini “mendapat kritik dari warganet terkait kualitasnya”, bahkan dibandingkan dengan karya animasi sebelumnya yang lebih matang seperti Jumbo.
- Kritik juga datang dari Suara.com yang menyoroti sulitnya menemukan informasi tentang tim kreator, serta bahwa ada situs resmi yang tidak bisa diakses (error 403 Forbidden).
Merah Putih: One for All hadir dengan niatan mulia: menyemai semangat persatuan dan cinta tanah air melalui medium animasi. Namun sayangnya, realisasi visual dan eksekusi cerita dianggap tidak memuaskan oleh banyak pihak. Meskipun demikian, film ini tetap penting sebagai wujud apresiasi terhadap perjuangan kemerdekaan—dan wajar jika menghadirkan dialog kritis tentang kualitas dan dampaknya.