Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa Jalur Gaza kini menghadapi krisis kemanusiaan terburuk sejak konflik dengan Israel dimulai 18 bulan lalu. Pasokan bantuan telah terhenti total selama lebih dari enam minggu, menjadikan situasi ini sebagai penghentian bantuan terlama sejak serangan berlangsung.
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, menyatakan bahwa warga sipil di Gaza kini terjebak di area-area kecil yang kian menyempit dan rawan bahaya, sementara kebutuhan dasar untuk bertahan hidup terus sulit diakses. Infrastruktur krusial telah hancur, dan korban sipil terus berjatuhan akibat intensifikasi serangan Israel.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkapkan bahwa 75% dari misi bantuan PBB ditolak masuk ke Gaza dalam sepekan terakhir. Keluarga-keluarga Palestina kini menghadapi kelaparan, kekurangan gizi, tidak adanya air bersih, minimnya tempat tinggal, dan buruknya akses layanan kesehatan.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mendesak Israel untuk mengakhiri blokade terhadap Gaza dan membuka akses penuh bagi bantuan kemanusiaan. Ia menekankan bahwa Israel, sebagai kekuatan pendudukan, memiliki kewajiban berdasarkan hukum internasional untuk menyediakan layanan dasar dan bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza.
Also Read
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Palestina Mahmud Abbas juga menyerukan gencatan senjata segera dan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Mereka menekankan perlunya penghentian kekerasan dan pembukaan akses bantuan untuk meringankan penderitaan warga sipil.
Sejak konflik dimulai pada Oktober 2023, lebih dari 50.800 warga Palestina dilaporkan tewas, sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak. Krisis ini terus memburuk seiring dengan berlanjutnya serangan dan pembatasan bantuan.