Seorang pegawai Kejaksaan Agung (Kejagung) berinisial DSK (44 tahun) menjadi korban pembacokan oleh orang tak dikenal (OTK) di Jalan Pengasinan, Kecamatan Sawangan, Depok, pada Sabtu dini hari, 24 Mei 2025, sekitar pukul 02.30 WIB. Korban, yang menjabat sebagai staf Pusat Data Statistik Kriminal dan Teknologi Informasi (Pusdaskrimti) Kejagung, mengalami luka serius pada pergelangan tangan kanan akibat serangan tersebut.
Kronologi Kejadian
Menurut Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung, Harli Siregar, insiden bermula saat DSK pulang dari dinas pada Jumat malam dan sempat berteduh karena hujan. Setelah hujan reda, DSK melanjutkan perjalanan pulang. Sekitar satu kilometer dari rumahnya, dua pelaku berboncengan motor dari arah berlawanan mendekatinya. Salah satu pelaku berteriak “sikat” sambil mengayunkan senjata tajam ke arah pergelangan tangan DSK, kemudian berteriak “mampus lu” sebelum melarikan diri .
Kondisi Korban
Akibat serangan tersebut, DSK mengalami luka berat di pergelangan tangan kanan, dengan diagnosis sementara urat kelingking kanan putus dan tidak dapat digerakkan. Korban segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
Penyelidikan Polisi
Polres Metro Depok telah memeriksa delapan saksi terkait kasus ini, termasuk pedagang di sekitar lokasi kejadian dan individu yang membantu korban setelah insiden. Namun, hingga saat ini, polisi belum menemukan rekaman CCTV yang mengarah langsung ke lokasi kejadian, meskipun telah menyisir area hingga radius lima kilometer . Kasat Reskrim Polres Metro Depok, AKBP Bambang Prakoso, menyatakan bahwa tidak ada barang milik korban yang hilang, dan motor yang dikendarai korban tidak mengalami kerusakan .
Also Read
Tanggapan Kejaksaan Agung
Jaksa Agung ST Burhanuddin telah menjenguk DSK di rumah sakit dan mengimbau seluruh aparat Kejaksaan untuk lebih berhati-hati, terutama saat bertugas pada malam hari. Beliau juga menekankan pentingnya meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan tugas .
Kesimpulan
Kasus pembacokan terhadap pegawai Kejagung ini masih dalam penyelidikan intensif oleh pihak kepolisian. Ketiadaan rekaman CCTV di lokasi kejadian menjadi tantangan tersendiri dalam mengungkap pelaku. Pihak berwenang terus mengumpulkan informasi dan bukti untuk mengidentifikasi dan menangkap pelaku secepatnya.