Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memberikan dampak signifikan terhadap sektor perbankan di Indonesia, baik dari sisi kinerja pasar modal maupun stabilitas bisnis secara keseluruhan.
Penurunan IHSG sering kali diikuti oleh koreksi tajam pada saham-saham perbankan besar. Misalnya, pada Maret 2025, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun 4,65%, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) terkoreksi 6,62%, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) melemah 6,27% dalam satu sesi perdagangan. Kondisi ini mencerminkan tekanan besar terhadap valuasi bank akibat aksi jual investor, terutama investor asing yang menarik dananya dari pasar modal Indonesia.
Meskipun bank-bank di Indonesia tidak diperbolehkan berinvestasi langsung di pasar saham, pelemahan IHSG tetap memengaruhi stabilitas perbankan. Penurunan nilai saham dapat mengurangi nilai aset yang dijadikan jaminan oleh debitur, meningkatkan risiko kredit macet. Selain itu, tekanan pada pasar modal dapat memicu penarikan dana besar-besaran oleh investor, yang berpotensi mengganggu likuiditas bank.
Pelemahan IHSG juga berdampak pada kondisi makroekonomi yang lebih luas. Penurunan kepercayaan investor dapat menyebabkan aliran modal keluar (capital outflow), melemahkan nilai tukar rupiah, dan meningkatkan inflasi. Kondisi ini dapat memaksa Bank Indonesia untuk menyesuaikan kebijakan moneternya, seperti menaikkan suku bunga, yang pada gilirannya meningkatkan biaya dana bagi bank dan menekan margin keuntungan mereka.
Also Read