Gencatan senjata yang disepakati antara Israel dan Hamas pada 19 Januari 2025, yang dirancang dalam tiga tahap menuju perdamaian permanen, kini telah buyar. Alih-alih melanjutkan perundingan untuk tahap kedua, Israel kembali melancarkan serangan ke Jalur Gaza sejak 15 Maret 2025. Salah satu serangan paling mematikan terjadi pada 18 Maret, ketika sekitar 100 jet tempur Israel membombardir kamp pengungsi, menewaskan sedikitnya 439 warga Palestina dan melukai 528 lainnya.
Serangan terus berlanjut hingga 24 Maret, dengan Rumah Sakit Nasser di Khan Younis menjadi salah satu target, menewaskan sedikitnya 65 orang dalam 24 jam terakhir, termasuk dua tokoh biro politik Hamas, Salah al-Bardaweel dan Ismail Barhoum.
Kecaman dari komunitas internasional tidak mampu menghentikan tindakan Israel. Hingga saat ini, lebih dari 50.000 warga Palestina dilaporkan tewas akibat konflik yang berkepanjangan. Situasi ini semakin memperumit upaya perdamaian dan menimbulkan penderitaan mendalam bagi warga sipil di Gaza.
Tragedi di Gaza tidak lepas dari dinamika politik internal Israel, di mana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu diduga berupaya mempertahankan kekuasaannya dengan menggandeng politisi sayap kanan yang mendukung eskalasi konflik.
Also Read