Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini untuk mengenang perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama dalam bidang pendidikan dan kesetaraan gender. Namun, perjuangan Kartini tidak hanya terbatas pada pendidikan; ia juga menyoroti pentingnya kesehatan perempuan sebagai fondasi bagi kemajuan bangsa.
Kartini dan Kesehatan Perempuan
Dalam surat-suratnya, Kartini menulis tentang ketidakadilan yang dialami perempuan, termasuk dalam hal kesehatan reproduksi. Ia menentang praktik pernikahan paksa dan pembatasan atas tubuh perempuan, serta memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan pengetahuan dan layanan kesehatan yang memadai. Kartini percaya bahwa tubuh perempuan bukanlah objek eksploitasi, melainkan ruang hidup yang layak dilindungi dan dipulihkan.
Regenerasi Perempuan dalam Dunia Kesehatan
Perjuangan Kartini membuka jalan bagi perempuan Indonesia untuk berkiprah dalam dunia kesehatan. Salah satu tokoh inspiratif adalah Marie Thomas, dokter perempuan pertama Indonesia yang lulus dari STOVIA pada tahun 1922 dan menjadi pelopor dalam bidang kebidanan dan kandungan. Marie Thomas juga mendirikan sekolah bidan pertama di Sumatera, yang menjadi tonggak penting dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Selain itu, Hurustiati Subandrio, seorang dokter dan aktivis perempuan, juga berperan penting dalam pengembangan layanan kesehatan di Indonesia. Sebagai kepala bagian Kesehatan Masyarakat di Kementerian Kesehatan, ia memimpin program-program yang berfokus pada sanitasi, air bersih, pendidikan pascanatal, pelatihan bidan, dan pembukaan klinik keluarga berencana.
Also Read
Masa Depan Kesehatan Nusantara
Semangat Kartini terus menginspirasi perempuan Indonesia untuk berperan aktif dalam pembangunan kesehatan bangsa. Perempuan tidak hanya menjadi penerima layanan kesehatan, tetapi juga sebagai penyedia layanan, peneliti, dan pembuat kebijakan. Mereka berkontribusi dalam berbagai bidang, mulai dari pelayanan kesehatan primer hingga pengembangan teknologi kesehatan.
Namun, tantangan masih ada, terutama dalam hal akses terhadap layanan kesehatan reproduksi yang berkualitas, terutama di daerah terpencil. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus mendorong partisipasi perempuan dalam dunia kesehatan dan memastikan bahwa mereka mendapatkan kesempatan yang setara untuk berkembang dan berkontribusi.
Kesimpulan
Perjuangan Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, termasuk dalam bidang kesehatan, telah membuka jalan bagi generasi perempuan Indonesia untuk berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Dengan semangat Kartini, kita dapat terus mendorong regenerasi perempuan dalam dunia kesehatan dan membangun masa depan kesehatan Nusantara yang lebih baik.