Strategi “Dua Tangan” yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Timur Tengah, khususnya terkait konflik Israel-Hamas, mencerminkan pendekatan yang kompleks dan berlapis. Istilah ini merujuk pada penggunaan dua pendekatan berbeda secara simultan untuk mencapai tujuan politik tertentu.
Pendekatan “Tangan Kanan”: Di satu sisi, Trump menunjukkan dukungan kuat terhadap Israel, termasuk dalam operasi militernya melawan Hamas. Dukungan ini ditunjukkan melalui pernyataan publik yang mendukung tindakan Israel dan penolakan terhadap resolusi internasional yang mengkritik operasi militer tersebut. Pendekatan ini menegaskan komitmen AS terhadap keamanan Israel dan upayanya dalam memerangi terorisme.
Pendekatan “Tangan Kiri”: Di sisi lain, Trump mengusulkan rencana ambisius untuk mengambil alih Jalur Gaza setelah konflik berakhir, dengan tujuan mengubahnya menjadi kawasan yang makmur dan stabil. Rencana ini mencakup pembangunan infrastruktur, investasi ekonomi, dan relokasi penduduk Palestina ke komunitas yang lebih aman. Meskipun tampak sebagai upaya humaniter, rencana ini menuai kritik karena dianggap sebagai bentuk intervensi asing dan berpotensi melanggar hukum internasional.
Strategi “Dua Tangan” ini mencerminkan upaya Trump untuk menyeimbangkan dukungan militernya terhadap Israel dengan inisiatif diplomatik dan ekonomi yang ditujukan untuk menciptakan stabilitas jangka panjang di kawasan tersebut. Namun, pendekatan ini juga menimbulkan kontroversi dan skeptisisme, baik di kalangan internasional maupun domestik, terkait efektivitas dan implikasinya terhadap perdamaian di Timur Tengah.
Also Read