Mulai 1 Januari 2025, PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi. Di DKI Jakarta, harga Pertamax naik dari Rp12.100 menjadi Rp12.500 per liter. Kenaikan ini juga berlaku untuk jenis BBM lainnya, seperti Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.
Dampak pada Startup Logistik
Kenaikan harga BBM non-subsidi memberikan tantangan signifikan bagi startup di sektor logistik. Biaya bahan bakar merupakan komponen utama dalam operasional transportasi, dan peningkatan harga ini berdampak langsung pada struktur biaya perusahaan.
Also Read
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), komposisi BBM dalam biaya transportasi mencapai sekitar 40-50%. Dengan demikian, kenaikan harga BBM berpotensi meningkatkan biaya operasional secara signifikan.
Strategi Penyesuaian
Beberapa startup logistik telah mempertimbangkan penyesuaian tarif pengiriman untuk mengimbangi kenaikan biaya operasional. Misalnya, Paxel berencana menyesuaikan tarif pengiriman dan menerapkan biaya tambahan (surcharge) terkait kenaikan harga BBM. Namun, perusahaan memastikan bahwa nilai layanan yang diterima konsumen tetap sebanding dengan penyesuaian tarif tersebut.
Di sisi lain, perusahaan seperti J&T Express berupaya menahan kenaikan ongkos kirim dengan melakukan efisiensi operasional, seperti meningkatkan tingkat pemuatan kendaraan untuk mengurangi frekuensi perjalanan dan konsumsi bahan bakar.
Tantangan dan Peluang
Kenaikan harga BBM tidak hanya memengaruhi biaya operasional, tetapi juga dapat berdampak pada daya saing dan profitabilitas startup logistik. Perusahaan perlu mencari solusi inovatif untuk menjaga efisiensi operasional, seperti mengoptimalkan rute pengiriman, menggunakan teknologi untuk pemantauan armada, dan mempertimbangkan penggunaan kendaraan dengan efisiensi bahan bakar yang lebih baik atau beralih ke energi alternatif.
Selain itu, transparansi dalam komunikasi dengan pelanggan mengenai alasan penyesuaian tarif dapat membantu mempertahankan kepercayaan dan loyalitas pelanggan.